Selamat datang.........

Kamis, 17 Februari 2011

Alat Komunikasi Traditional

1. Kentongan

Kentongan biasanya dibuat dari bambu atau kayu yang dilubangi. Bila dipukul dengan nada tertentu akan menimbulkan irama sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan. Umumnya dipergunakan sebagai isyarat tanda bahaya terjadinya banjir, kebakaran, perampokan dan lain-lain.

2. Bende

Bende merupakan gong kecil. Pada zaman dahulu menjadi alat komunikasi penting bagi raja untuk mengumpulkan rakyatnya, apabila ada sesuatu yang harus diumumkan kepada rakyat.


3. Beduk

Beduk bila dipukul akan menimbulkan suara berdentum yang nyaring.

Beduk biasanya terdapat di masjid yang dipukul untuk mengingatkan umat akan tibanya waktu shalat. Fungsi beduk hampir sama dengan lonceng di gereja.

4. Nafiri

Nafiri umumnya dibuat dari tanduk, bambu, kayu, logam atau kerang. Bunyi ditimbulkan oleh jalur udara di dalamnya yang bergetar karena ditiup. Biasanya dipergunakan sebagai isyarat berperang atau berburu di masa lampau.


5. Asap

Asap, suku bangsa Indian Amerika menggunakan asap sebagai alat untuk berkomunikasi dengan sukunya ataupun kepada suku lainnya. Biasanya, asap digunakan untuk mengirimkan pesan rahasia. Kepulan asap mengandung makna-makna tertentu yang hanya dapat dibaca oleh suku-suku di Indian, seperti kepulan satu kali yang berarti peringatan. Ketika mereka berperang juga menggunakan asap untuk berkomunikasi dengan lawan.

6. Daun Lontar

Kegiatan komunikasi pada masa lalu sudah menggunakan bahasa tulis pada media seperti, tulang hewan, prasasti dan daun lontar. Di Indonesia kegiatan surat menyurat telah ada sejak jaman kerajaan-kerajaan Hindu seperti, Pajajaran, Mataram, Majapahit, Kutai, Mataram dan Sriwijaya. Biasanya, untuk berkirim surat kepada negeri tetangganya, pihak kerajaan menggunakan media daun lontar, kulit kayu dan kulit hewan, tulang hewan, dan lempengan batu. Umumnya media komunikasi yang digunakan adalah dengan daun lontar, dengan alasan daun lontar sangat mudah didapatkan.

7. Tahuri

Masyarkat Maluku yang tinggal di pesisir pantai memiliki peralatan musik yang unik; sebuah kerang yang jika ditiup bunyinya akan terdengar nyaring. Semakin kecil ukuran kerangnya, semakin nayring bunyinya dan semakin besar kerangnya bunyinya pun semakin rendah.

Nada-nada yang dihasilkan Tahuri sebenarnya tidak muncul begitu saja. Terlebih dahulu kerang dilubangi dengan bor lalu ditiupkan berulangkali untuk mendapatkan nadanya dengan bantuan alat musik lainnya seperti suling dan pianika.

Dulu, Tahuri digunakan untuk memanggil masyarakat atau para kepala adat agar berkumpul di balai pertemuan atau masyarakat setempat menamakannya baileo. Satu kali tiupan Tahuri menandakan ada warga yang meninggal dunia. Tahuri juga dimainkan untuk mengiringi tarian Cakalele. Biasanya, Tahuri dimainkan dalam bentuk orkestra yang terdiri dari anak-anak dan remaja.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar